Bahasa
adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia - jauh lebih penting dari
politik, ras, atau bahkan uang sekalipun.
Mungkin bahasa merupakan bagian yang paling melekat dari budaya manusia,
karena bahasa membedakan kita dari hewan, juga membedakan antara kita dan
membantu kita membentuk komunitas tertentu di tempat-tempat tertentu. Mereka yang pernah merasakan berada di negara
asing pasti berusaha keras untuk menemukan seseorang di sekitar mereka yang
dapat berbahasa Inggris untuk menjelaskan sesuatu. Saat itulah kita akan
menyadari betapa 'berbeda' dan merasa 'terasing' ketika kita tidak dapat
berbicara kepada orang lain. Bahasa juga merupakan sarana untuk menyampaikan
emosi dan perasaan kita, baik positif maupun negatif; demikian juga untuk
mengungkapkan keyakinan tertentu dan pengetahuan tentang budaya kita.
Karena
itulah, sungguh menyedihkan mendengar adanya bahasa-bahasa yang mati di dunia
modern dan global ini. Saat ini
diperkirakan ada sekitar 6.000 hingga 7.000 bahasa yang dituturkan di seluruh
dunia, dan hingga 90% dari bahasa-bahasa ini bisa punah pada tahun 2100. Kebanyakan bahasa-bahasa ini hanya dituturkan
oleh kelompok-kelompok yang terdiri dari 10.000 orang atau kurang; ketika para penutur tua meninggal dan para anggota
muda semakin terus-menerus dipaksa untuk memakai salah satu bahasa utama di
dunia untuk berkomunikasi dan berpartisipasi dalam ekonomi global, pengetahuan
terperinci dari bahasa-bahasa kecil ini pun menghilang.
Mungkin
menurut kita hal ini tidak penting - jika hanya 10.000 orang saja yang bertutur
dengan sebuah bahasa di planet yang berpenghuni 7 miliar ini, mungkinkah bahasa
tersebut tidak terlalu penting? Mungkin lebih baik hanya ada lebih sedikit
bahasa, sehingga kita dapat lebih mudah saling memahami. Coba ingat kembali kisah dari Alkitab tentang
Menara Babel - dikisahkan bahwa seluruh umat manusia pada waktu itu bertutur
dalam bahasa yang sama, hingga Tuhan khawatir bahwa kita akan mendirikan menara
ke surga dan Tuhan memutuskan untuk memberikan setiap orang bahasa yang berbeda
agar kita semua bingung dan saling bermusuhan.
Apabila kita melihat pendekatan ini, kita semakin mendekati kembali ke
bahasa tunggal yang akan memudahkan kita untuk bekerja sama dan saling memahami
sesama kita.
Namun,
saya mengambil pendekatan yang berbeda.
Setiap bahasa, sekalipun itu hanya dituturkan oleh segelentir orang
saja, mengungkapkan keunikan tersendiri baik secara budaya maupun emosi. Setiap
bahasa menunjukkan cara pandang setiap kelompok terhadap dunia dengan cara yang
mereka masing-masing - coba pikirkan klaim suku Inuit dari Kanada utara yang
terkenal bahwa mereka mempunyai empat puluh kata berbeda untuk salju
(bandingkan dengan fakta yang kurang populer bahwa orang Inggris mempunyai
banyak kata untuk jenis hujan yang berlainan...). Melestarikan dan memahami
bahasa membantu kita membayangkan cara yang berbeda untuk melihat dunia, dan
membantu memperluas wawasan kita.
Perubahan
kecil dalam bahasa dapat mengungkapkan keragaman budaya manusia yang semakin terkikis
di era modern ini. Coba pikirkan masalah
besar yang saat ini diketengahkan antara Rusia dan Ukraina, para penutur bahasa
Rusia berusaha untuk memisahkan diri
dari Ukraina setelah bahasa mereka sempat dilarang dalam konteks resmi. Bagi orang luar, kedua bahasa ini hampir
mirip - namun bagi mereka yang campuran antara Rusia dan Ukraina, perbedaan itu
terasa sekali dan penting, karena mereka mengatakan sesuatu tentang kelompok
dan komunitas asal mereka.
Di
dunia saat ini, kita semua menjadi bagian dari tata dunia kapitalis yang
mencekik leher, dengan budaya dan pengalaman yang monoton. Dalam banyak hal, keadaan ini menguntungkan
kita dan memungkinkan kita hidup memiliki kehidupan yang lebih nyaman. Namun, akan
lebih baik untuk mempertahankan sedikit kehidupan tradisional yang telah kita
jalani begitu baik selama ribuan tahun, dan akan sama baiknya untuk membantu
komunitas yang lebih kecil, lebih miskin, guna mempertahankan hal yang membuat
mereka menonjol dan merasa bangga terhadap identitas mereka sendiri. Bahasa adalah tradisi dan pembawa identitas,
dan seharusnya kita berupaya lebih keras untuk melestarikan cara bertutur,
menulis, dan memahami dunia yang
berbeda-beda sebelum terlambat.
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli
di publikasikan tanggal di 4.06.2014: http://annie65j.blogspot.com/2014/06/the-life-and-death-of-language.html
Hidup Matinya Bahasa, pengetahuan tentang budaya, bahasa-bahasa yang mati, Menara Babel, dunia yang kapitalis, kehidupan tradisional, komunitas yang lebih kecil
No comments:
Post a Comment