Selain media melontarkan
kemarahannya terhadap Olimpiade Musim Dingin di Sochi, kini giliran kegiatan
olahraga internasional lain yang menjadi berita utama kontroversial. Setelah
menghindari perbincangan tentang hal ini
selama berbulan-bulan, FIFA, badan olahraga sepak bola dunia, telah mengumumkan
bahwa piala dunia 2022 di Qatar kemungkinan akan diadakan saat musim dingin dan
bukan di musim panas. Kali ini adalah pertama kalinya piala dunia akan diadakan
di Timur Tengah. Sebelumnya piala dunia tidak pernah digelar pada suhu musim
panas dengan temperature yang luar biasa tinggi seperti yang terjadi di Timur
Tengah. Karena ketakutan jika para
pemain terbaik (dan termahal) dunia harus bermain pada suhu 40℃
(104˚F), maka FIFA mengambil keputusan untuk
memindahkan waktu penyelenggaraan piala dunia.
Keputusan ini telah menuai
kritik dari negara-negara tradisional sepak bola, khususnya di wilayah Eropa
yang musim pertandingan mereka berlangsung sepanjang bulan-bulan musim dingin.
Semua orang, termasuk para penggemar, komentator-komentator sepak bola, dan
klub tidak terima ‘tradisi’ piala dunia diubah dan mengganggu jalannya liga
sepak bola Eropa yang amat menguntungkan itu.
Sayangnya, kemarahan serupa
tidak terjadi ketika berkenaan dengan perbaikan keadaan para buruh yang
terlibat dalam pembangunan stadion untuk piala dunia di Qatar. Seperti saat Olimpiade digelar, berbagai
surat kabar dari negara lain selalu saja menemukan kekurangan dalam pengelolaan acara olah raga besar. Sayangnya
berbagai surat kabar tersebut seringkali bungkam bila berkaitan dengan masalah
yang lebih besar, seperti eksploitasi pekerja migran miskin yang dipekerjakan
untuk membangun stadion-stadion serta infrastruktur pendukung acara tersebut.
Dalam hal ini Qatar
sebenarnya adalah salah satu pelanggar terbesar. Data resmi yang dikeluarkan menyebut
setidaknya 185 pekerja dari Nepal meninggal selama pembangunan stadion sepak
bola di Qatar pada tahun 2013. Angka ini
kemungkinan besar akan bertambah karena semakin banyak kasus yang akan terkuak,
dan angka ini hanya jumlah pekerja dari Nepal saja. Populasi Qatar sendiri berjumlah 2 juta
orang, namun hanya 250.000 jiwa saja yang merupakan warga negara Qatar. Sisanya
adalah para pekerja migran yang terdiri dari ekspatriat kaya negeri barat yang
bekerja di bank-bank dan sekolah-sekolah, pembantu rumah tangga dari Filipina,
buruh dari Nepal, Bangladesh, dan Pakistan yang terlibat membangun
stadion-stadion dan jalan-jalan. Penyebab kematian mereka antara lain adalah
kecelakaan di jalan, jatuh, tertimpa benda berat, dan banyak sekali ‘serangan jantung’ – entah hanya untuk menutupi alasan sesungguhnya
atau karena jam kerja mereka yang panjang dan di bawah suhu yang luar biasa
panas.
Meski adanya angka-angka
yang mengerikan ini, kematian para pekerja tersebut justru dikesampingkan.
Insiden-insiden ini hanya dilaporkan oleh beberapa surat kabar besar dan
umumnya akan dilupakan saat piala dunia 2022 bergulir. Nasionalisme dalam acara olahraga mengambil
alih, dan kita akan menyemangati tim-tim kesayangan kita (kebanyakan dari Eropa
dan Amerika Selatan) sambil mengesampingkan fakta bahwa pekerja miskin dari
negara-negara yang kurang dikenal dalam olahraga ini dieksploitasi dan mati
demi kesenangan kita. Kita protes karena
piala dunia diadakan saat musim dingin dan melupakan kesulitan yang dialami
oleh pekerja-pekerja yang memungkinkan acara ini terlaksana. Kita akan menyemangati atlet-atlet yang
dibayar jutaan poundsterling, euro, dan dolar, sementara pekerja-pekerja yang
dibayar sangat rendah tak mungkin diingat.
NRGLab menentang perlakuan
tidak manusiawi terhadap para pekerja migran. Mereka yang miskin dan kurang
beruntung di dunia ini juga punya hak yang sama untuk bisa menikmati kenyamanan,
gaji yang adil, serta kondisi kerja yang baik. Inilah yang kami upayakan untuk
tercapai, begitu pula dalam pengembangan teknologi energi baru yang kami
lakukan. Kami merasa semua perusahaan perlu segera berupaya untuk mencapai
tujuan yang sama.
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli
di publikasikan tanggal di 18.02.14: http://annie65j.blogspot.com/2014/02/dying-for-sport-real-scandal-of-world.html
[ Mati demi Olah Raga, Skandal Piala Dunia , FIFA, piala dunia 2022, liga sepak bola Eropa, eksploitasi pekerja migran miskin ]
No comments:
Post a Comment