Wednesday, January 1, 2014

Demi sedikit keuntungan dari kelapa sawit, kita tega membunuh orangutan dan mempercepat pemanasan global

Apa kesamaan dari coklat, krim kecantikan, dan  pompa bensin? Jawabannya, cukup mengejutkan, yaitu penggundulan hutan dan kepunahan bertahap spesies orangutan. Semuanya menggunakan produk yang disebut minyak sawit, yang ditanam di daerah tropis yang panas dan lembap di Malaysia dan Indonesia. Karena penggunaannya yang terus bertambah di seluruh dunia, pemerintah dan banyak pengusaha melihat pemanfaatan tanah jauh lebih menguntungkan daripada keberadaan hutan hujan dan lahan basah - sehingga habitat alami orangutan pun dibabat habis, digantikan oleh barisan pohon kelapa sawit yang dijaga ketat.

Tapi bukan hanya kerabat dekat kita, orangutan, saja yang kalah dari perdagangan minyak sawit. Deforestasi dan penghancuran lahan basah di pulau Kalimantan dan Sumatera melepaskan berton-ton karbon dioksida ke atmosfer, mempercepat perubahan iklim - perusakan hutan ini bertanggung jawab atas 3% dari seluruh emisi gas rumah kaca di seluruh dunia. Sebagian besar hutan dibersihkan dengan dibakar, yang menciptakan asap kabut yang memengaruhi pernapasan manusia dan menyebar hingga ke Singapura. Dan tanah yang telah digunakan masyarakat adat setempat selama berabad-abad direnggut dari mereka agar dapat diubah menjadi kebun kelapa sawit.

Dalam sebuah wawancara dengan National Geographic, konsultan pembangunan berkelanjutan Robert Hii juga mencatat bahwa beberapa manfaat ekonomi dari kelapa sawit sampai ke tangan penduduk lokal: "Saya pribadi melihat situasi sewaktu pemilik tanah dijanjikan penghasilan yang baik, pembangunan jalan, rumah sakit, dan sekolah sebagai ganti atas hak tanah dan kekayaan mereka," katanya.  "Sayangnya, saya melihat lebih banyak keluhan tentang cara mewujudkan janji-janji tersebut". Seluruh sistem ini dirancang untuk menciptakan para pecundang - penduduk di hutan hujan kehilangan tanah mereka, orang-orang di barat sakit karena terlalu banyak memakan makanan yang mengandung lemak jenuh minyak kelapa sawit, dan kita semua kehilangan iklim sehat yang kita butuhkan untuk bertahan hidup. Dan semua itu hanya demi keuntungan yang diraup beberapa segelintir pemenang saja.

Jadi, apabila kelapa sawit lebih banyak mendatangkan kerugian daripada manfaat, mengapa tetap ada di dalam coklat, es krim, produk kecantikan, biskuit, dan bahkan bahan bakar kita? Jawabannya cukup sederhana, yaitu keuntungan. Minyak kelapa sawit murah, jauh lebih murah daripada alternatif minyak lainnya, sebagian karena kelapa sawit ditanam di lahan hutan yang dipandang tidak memiliki nilai nyata sebagai modal global. Mengubahnya ke bentuk bahan bakar dan nutrisi yang lebih aman, bersih, ramah lingkungan dan berkelanjutan bukan suatu pilihan bagi banyak perusahaan - karena akan mengurangi keuntungan mereka. Mengubah ke metode produksi yang akan membantu orang hidup bermartabat dan memberikan distribusi kekayaan yang adil dan merata, jelas-jelas 'tidak mungkin'- karena akan mengambil jatah uang pemerintah dan perusahaan-perusahaan, yang merupakan para pemenang dari sistem ekonomi ini.

NRGLab mengambil pendekatan yang berbeda untuk masalah ini, dengan menyadari bahwa apa yang terjadi di hutan hujan Asia Tenggara memengaruhi kita semua. Kami ingin mengambil pendekatan berbeda untuk masalah energi, yang juga untuk ekonomi - membuat uang bekerja untuk kepentingan terbaik bagi umat maunusia dan planet serta mengubah para pecundang saat ini menjadi pemenang, alih-alih hanya berfokus pada kepentingan utama dan mendorong penghancuran atas nama keuntungan. Jika menurut Anda, Anda memiliki keterampilan untuk membantu misi kami, mari kita saling berhubungan.



Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli di publikasikan tanggal di 15.12: http://annie65j.blogspot.com/2013/12/killing-orangutans-and-speeding-up.html

kelapa sawit, membunuh orangutan, pemanasan global, National Geographic, NRGLab Asia, Asia Tenggara

No comments:

Post a Comment