Beberapa minggu yang lalu, Menteri Luar Negeri Amerika
Serikat John Kerry bertemu dengan para pejabat Cina di Beijing untuk membahas masalah
meningkatnya ketegangan antara AS dan Korea Utara. Meskipun progres di bidang
ini telah dibuat, namun sebuah kejutan yang menjadi sejarah besar adalah adanya
kesepakatan bilateral mengenai perubahan
iklim.
Sebuah hubungan jangka panjang antar kedua negara adidaya
akan membantu memastikan stabilitas ekonomi dan kelestarian lingkungan untuk
generasi mendatang. AS dan Cina bertanggung jawab atas 45% dari seluruh emisi
gas rumah kaca. Emisi gas rumah kaca disebut-sebut memiliki beberapa implikasi
terhadap lingkungan seperti mencairnya puncak es, pengasaman air laut (adalah
menurunnya pH air laut akibat emisi karbon dioksida) dan badai super sebagai
pembenaran untuk resolusi bersama ini.
Pertemuan Kerry menandai preseden
bersejarah. Pemanasan global akhirnya bergeser dari sekadar sikap politik atau menentangnya, menjadi kenyataan. Perjanjian ini membuka saluran
komunikasi dan kerja sama internasional dengan dibentuknya Kelompok Kerja Perubahan Iklim. Mudah-mudahan, hal ini akan menginspirasi
PBB agar menjadi agresif dengan perubahan
iklim dan mengadopsi sikap
kerja sama serupa.
Dialog Strategis dan Ekonomi seperti ini telah membantu menyatukan
kedua pemerintahan selama enam tahun terakhir. Bagaimanapun, dahulu diskusi-diskusi hanya
berpusat pada proposal perdagangan dan fluktuasi pasar. Pembentukan Kelompok
Kerja Perubahan Iklim memaksa AS dan Cina, para politisi, dan juga para
eksekutif perusahaan serupa yang serakah, berhutang budi kepada kontributor
kampanye untuk menghadapi tantangan-tantangan sulit masa depan tempat kita
semua bergantung.
Ketika berhadapan dengan pemerintahan berbeda dalam
suasana demokratis, atau bahkan dengan perwakilan-perwakilan pemerintah dalam
demokrasi nasional, masalah sebenarnya lebih cenderung terjebak dalam omong
kosong birokrasi belaka. Dan karena isu perubahan iklim sangat nyata, dan juga
melibatkan berbagai masalah lain seperti keamanan nasional, perdagangan luar
negeri, dan energi terbarukan, maka
biasanya sangat sulit meloloskan UU yang berkaitan dengan perubahan iklim ini.
Mungkin yang paling penting, perjanjian antara AS dan
Cina akan menargetkan perbedaan pemahaman filosofis tertentu atas perubahan
iklim antara kedua pemerintahan. Menyelesaikan perbedaan ini sekarang, juga mempersiapkan
PBB dan badan-badan lainnya, apabila mereka kelak memutuskan untuk mengikuti
dan mulai bekerja pada strategi unilateral.
Sudah waktunya untuk mengakhiri perdebatan. Kita perlu berkumpul
bersama-sama dan menerima tanggung jawab
atas kerusakan yang telah kita lakukan pada planet ini. Perusahaan seperti
NRGLab sudah mulai mengumpulkan satu tim para insinyur dan ilmuwan hebat dengan
visi masa depan yang sama. Visi tersebut termasuk listrik bersih. Sebuah infrastruktur
energi yang sepenuhnya diubah. Level karbon yang dapat dikelola.
Visi
tersebut termasuk SH-Box.
Kunjungi
nrglab.asia untuk informasi selengkapnya tentang generator SH-Box dan mendapatkan
informasi lelang-lelang terbaru yang diselenggarakan oleh NRGLab.
Diterjemahkan
dari Bahasa Inggris. Artikel asli diterbitkan pada 26 Mei 2013 http://annie65j.blogspot.sg/2013/05/possible-agreement-between-us-china.html
[ pemanasan global, Cina, proyek nrglab, research council, nrglab singapore, nrglab сингапур, nrglab pte ltd, listrik murah, nrglab, listrik indonesia, ana shell ]
No comments:
Post a Comment